Bismillah.
Alhamdulillah, setelah 1 tahun lebih tidak memposting, kali ini saya akan memposting hal yang sangat-sangat penting dan krusial. Apa itu? Ya, masalah tauhid!
Apa itu tauhid? dan seberapa besar pentingnya sebuah tauhid?
Jawabannya penting banget dong, yuk langsung saja..
Allah ﷻ berfirman dalam surah Al-Qashash ayat ke-56: "Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk."
Apa maksud dari ayat ini??
Baik kita langsung masuk ke pembahasan...
Ketika Rasulullah ﷺ mulai mendakwahkan Islam, Abu Thalib (paman Rasulullah ﷺ) tidak ikut menentang. Padahal, Abu Thalib tahu bahwa ajaran yg dibawa Rasulullah ﷺ akan bertentangan dengan keyakinan orang2 Mekkah. Namun Abu Thalib tetap menyayangi beliau.
Abu Thalib selalu melindungi Rasulullah ﷺ dari ancaman orang2 Quraisy yg ingin mencelakai beliau. Siapa yg hendak mengganggu Rasulullah ﷺ pasti akan berhadapan dulu dengan Abu Thalib. Rasulullah ﷺ pun sangat menyayangi pamannya,yaitu Abu Thalib. Karenanya Rasulullah ﷺ selalu mengajak pamannya untuk memeluk islam.
Dalam kitab As-Shahih dari Sa'id Ibnul Musayyid dari generasi Tabi'in, dari ayahnya Al Musayyid radhiyallahu 'anhu:
Pada saat Abu Thalib jatuh sakit, Rasulullah ﷺ mendatanginya, dan di dekatnya ada pula 2 tokoh kaum musyrikin yaitu Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah.
Rasulullah ﷺ pun berkata: "Wahai paman, ucapkanlah lā ilā ha illallāh, satu kalimat yg dengannya aku berhujjah kepada Allah untukmu di hari kiamat",
Kemudian 2 orang musyrikin tsb berkata: "Apakah kamu membenci agama Abdul Muthalib,agama nenek moyangmu?"
Rasulullah ﷺ terus-menerus membujuk sang paman. Namun kedua orang musyrik itu juga terus mencegahnya.
Akhirnya menjelang wafat, Abu Thalib berkata “Aku berada diatas agamanya Abdul Muthalib.” Ternyata, Abu Thalib memilih berada diatas kemusyrikan dan menolak ajakan Rasulullah ﷺ.
Saat itu, Rasulullah ﷺ mengatakan, “Demi Allah, akan kumohonkan ampun untukmu selama aku tidak dilarang.”
Lalu Allah ﷻ menurunkan firman-Nya, “Tidak patut bagi seorang nabi dan orang-orang yang beriman untuk memohonkan ampunan kepada orang-orang musyrik.” (QS. At-Taubah: 113).
Rasulullah ﷺ sangat menyayangi sang paman. Namun, Allah ﷻ melarang seorang nabi dan orang-orang beriman untuk mendoakan orang-orang musyrik. Karenanya, Rasulullah ﷺ tidak mendo'akan Abu Thalib yang meninggal dunia dalam keadaan musyrik.
Apakah kalian tahu? MasyaAllah, ternyata banyak sekali pelajaran yg bisa diambil dari kisah tsb yaitu:
1. Takut dicela atau dituduh sesat oleh orang terdekat merupakan salah satu penghalang hidayah.
Nah inilah yg sering terjadi, seseorang lebih mementingkan omongan orang lain daripada perintah Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ.
Ibnu Mas’ud berkata, “Yang disebut jama’ah adalah jika mengikuti kebenaran, walau ia seorang diri.” (Dikeluarkan oleh Al Lalikai dalam Syarh I’tiqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah 160 dan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq 2/ 322/ 13).
Sebagian salaf mengatakan, “Hendaklah engkau menempuh jalan kebenaran. Jangan engkau berkecil hati dengan sedikitnya orang yang mengikuti jalan kebenaran tersebut. Hati-hatilah dengan jalan kebatilan. Jangan engkau tertipu dengan banyaknya orang yang mengikuti yang akan binasa.” (Madarijus Salikin, 1: 22).
2. Semangat dakwah Rasulullah ﷺ kepada siapapun termasuk kepada pamannya sendiri hingga pamannya wafat.
3. Kekerabatan Rasulullah ﷺ dengan pamannya tidak akan berpengaruh untuk diampuni dosa pamannya karena ia tidak mentauhidkan Allah.
4. Agama seseorang tergantung agama teman dekatnya.
5. Keutamaan tauhid dan kalimat tauhid.
6. Betapa dahsyat bahaya syirik, semua kebaikan Abu Thalib tidak berguna karena ia tidak mentauhidkan Allah. Firman Allah: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang di bawah syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya”. (QS. An-Nisaa': 48).
7. Orang yg masuk islam harus mengucapkan kalimat syahadat.
8. Orang musyrik punya semangat untuk menyesatkan orang lain.
9. Hidayah mutlak hanya milik Allah. Sekeras dan se-sering apapun kita mendakwahi, jika Allah belum memberi hidayah kepadanya maka kita tidak bisa memaksa, namun kita harus terus berusaha mendakwahi dan mendo'akannya agar Allah memberi hidayah kepadanya dan kepada kita semua.
10. Rasulullah ﷺ adalah manusia yg paling mulia namun ia tidak bisa memberi hidayah kepada orang lain sekalipun itu pamannya sendiri. Lalu bagaimana dengan manusia selain Rasulullah ﷺ ?
11. Mengenal kebenaran,dan yakin bahwa hal tsb benar, maka itu belum cukup sebelum kita benar-benar tunduk dan patuh pada kebenaran tsb.
12. Paman Rasulullah ﷺ bukan muslim, begitupun kakeknya.
13. Ada sebagian orang yg mengaku muslim namun lebih buruk daripada musyrikin jahiliyah, yaitu ketika Rasulullah ﷺ menyuruh pamannya mengucap lā ilā ha illallāh, tapi pamannya tahu konsekuensinya bahwa jika mengucapkan lā ilā ha illallāh maka ia telah menentang agama nenek moyang.
14. Boleh berbuat baik kepada orang musyrik/kafir dalam urusan duniawi, dengan catatan..orang tsb tidak memerangi agama Allah. Jika dari awal mereka memerangi agama Allah, kemudian kita berbuat baik kepadanya, sehingga membuat mereka berhenti memerangi islam, maka itu boleh (karena itu termasuk cara untuk mendakwahi mereka).
Hikmah: Mengapa Abu Thalib sudah banyak berjasa kepada Rasulullah ﷺ dan agama Allah,tetapi ia tidak mendapatkan hidayah?
1. Agar kita sadar betapa mahal dan agungnya nikmat hidayah dari Allah ﷻ.
2. Agar kita sadar bahwa Allah ﷻ lebih mengetahui siapa yg pantas mendapatkan hidayah.
3. Agar kita tidak memperlakukan Nabi Muhammad ﷺ seperti orang Nasrani dalam memperlakukan Nabi Isa.
[ Dari Kajian Kitab Tauhid bab 18 oleh Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray, Lc حفظه الله ]
Semoga bermanfaat dan menjadi pelajaran bagi kita semua. Barakallahu fiikum.